Penulis
: Ninna Lestari
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
ISBN
: 9786020333939
And the blurb..
And the blurb..
Hari-hari
Alfa berubah sendu saat Alfi, saudari kembarnya, meninggal karena kecelakaan.
Selama bertahun0tahun Alfa diliputi kesedihan, sampai akhirnya ia bertemu siswi
baru bernama unik: Banana. Keberadaan cewek itu membuat sifat Alfa bangkit
lagi.
Buat Alfa, mengerjai Banana memiliki kebahagiaan tersendiri. cewek nyentrik yang selalu membawa kotak makan berisi pisang itu mampu melupakan kesedihan Alfa. Sementara bagi Banana, mengenal Alfa adalah kesialan. Senior yang selalu memakai jaket dan beanie abu-abu itu selalu mengacaukan harapannya tentang masa SMA yang indah dan tenang.
Herannya, ada saja kebetulan yang mempertemukan Alfa dan Banana. Apakah perasaan mereka akan berubah seiring pertemuan mereka, apalagi dengan rentetan kejadian yang nggak pernah mereka duga sebelumnya?
Buat Alfa, mengerjai Banana memiliki kebahagiaan tersendiri. cewek nyentrik yang selalu membawa kotak makan berisi pisang itu mampu melupakan kesedihan Alfa. Sementara bagi Banana, mengenal Alfa adalah kesialan. Senior yang selalu memakai jaket dan beanie abu-abu itu selalu mengacaukan harapannya tentang masa SMA yang indah dan tenang.
Herannya, ada saja kebetulan yang mempertemukan Alfa dan Banana. Apakah perasaan mereka akan berubah seiring pertemuan mereka, apalagi dengan rentetan kejadian yang nggak pernah mereka duga sebelumnya?
Here
we go..
Bagaimanapun, kematian adalah
hukum alam yang tidak dapat dilawan. Manusia tidak diberi kesempatan untuk
menawar, melainkan kekuatan untuk sabar
Magic Banana, menceritakan kisah seorang gadis bernama
Banana dan seorang lelaki bernama Alfa. Nama yang unik. Pertemuan pertama
mereka terjadi dua tahun setelah kepergian sang kembaran, Alfi. Luka yang
dirasakan Alfa masih menganga lebar dan susah untuk disembuhkan. Bahkan sahabat-sahabatnya
pun tak sanggup menyembuhkan luka hatinya. Alfa berubah menjadi orang yang
berbeda. Tak ada yang bisa mencegahnya. Namun, semua itu perlahan berubah saat
Alfa bertemu dengan Banana.
Alfa yang kala itu menjadi senior dalam acara MOS di
sekolahnya. Bertemu dengan Banana. Timbul niatnya untuk menjahili Banana. Hingga
Banana menjadi kesal dibuatnya. Tak hanya sampai di MOS saja, kejahilan Alfa
pada Banana. Tapi berlanjut hingga masa MOS usai. Entah kenapa, kehadiran
Banana membuat Alfa sedikit mengalihkan pikirannya dari Alfi. Hingga sang
sahabat, Ardi, mengingatkannya, jika Alfa bisa saja jatuh cinta pada Banana.
Tapi, Alfa mengelaknya.
Kadang seseorang emang butuh waktu
sendirian saat sedih
Tak ada yang tahu sebenarnya jika kehidupan Alfa jauh
lebih terpuruk dari sebelum kepergian Alfi. Permasalahan yang muncul di dalam
keluarganya tujuh tahun yang lalu, membuat dia bersikap defensif. Padahal jauh
di dalam hatinya dia rindu. Ketika sosok tersebut kembali lagi dalam
kehidupannya, Alfa berubah menjadi emosional. Banana yang mengetahui
permasalahan Alfa dan berniat membantunya pun, menjadi sasaran emosi Alfa. Mereka
menjauh. Gengsi itu ada, namun tak sedikit dari orang yang mau menurunkan
egonya demi rasa gengsi itu, termasuk Alfa.
Permasalahan hidup Alfa, membuat hubungan mereka makin
dekat. Alfa berani menceritakan permasalahan hidupnya lebih dalam kepada
Banana. Banana memberi nasihat, dan Alfa tertegun tak percaya dengan nasihat
Banana. Hingga saat itu tiba. Benarkah perbedaan antara benci dan cinta setipis
kertas? Benarkah ikhlas membawa kedamaian di hati? Lalu bagaimana kelanjutan
hubungan Alfa dan Banana? Bagaimana penyelesaian permasalahan hidup Alfa dan
Mamanya?
Nggak ada yang mustahil selama
kita mau berusaha. Jangan bilang ‘nggak’, tapi ‘belum’
Membaca novel ini seriusan, bikin nangis, baper, ketawa,
sebel, semuanya bercampur jadi satu. Penulisnya mampu merangkai kata demi kata
menjadi kalimat yang bikin pembaca kesulitan untuk berpaling sejenak dari novel
ini. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Tentang arti dari
saudara, sahabat, orang tua, cinta, dan musuh.
Sosok Banana sendiri yang diceritakan disini benar-benar
di luar ekspektasiku. Nggak nyangka jika Banana memiliki pemikiran seperti itu.
Nasihat yang diberikan Banana kepada Alfa membuatku berpikir jika pemikiran Banana
lebih dewasa dari usianya. Malah disini sikap Alfa yang berbeda jauh dari
Banana, cara berpikirnya pun juga.
Solider itu nggak harus selalu
sejalan dan sepemikiran, kan? Kadang perbedaan dibutuhkan sebagai pengingat
Dari Banana, aku belajar banyak hal. Jika hidup itu harus
terus berjalan. Harus bisa menerima pendapat orang. Setidaknya jika orang
tersebut bersalah, kita harus mendengarkannya tak hanya dari satu pihak, namun
dari kedua belah pihak. Sehingga akan tercipta sebuah solusi yang setidaknya
membawa kebaikan bagi masing-masing pihak.
Dari Alfa, aku belajar untuk belajar memaafkan, berdamai
dan mengikhlaskan. Jika kita sudah bisa memaafkan diri sendiri, maka kita juga
bisa memaafkan orang lain. Terlebih jika orang tersebut menorehkan luka yang
dalam di hati kita. Dengan berdamai dan mengikhlaskan, hati serasa lebih lega,
dan hidup kembali berwarna.
Karena terkadang berpura-pura
tidak tahu jauh lebih baik dibandingkan menyakiti seseorang dengan mengungkit
hal yang berusaha kuat disembunyikannya
Ada beberapa typo sebenarnya, tapi itu semua tertutupi
dengan cerita yang beneran bikin aku nangis. Penulisnya mana sih? Gilaaaa,
nulis novel perdana aja udah bikin aku jatuh cinta sampai nangis gini. Bikin tokohnya
juga bikin baper banget. Itu tokohnya boleh dibawa dan dipajang di rumah nggak?
#lhooo, salfok.
Novel teenlit ini benar-benar membuatku jatuh cinta. Apalagi
covernya membuatku sukaaa. Unyu munyu gitu lhoooo. Terlebih sebenarnya pisang
bukan salah satu buah favorit aku sih, cuma kalau dikasih pisang susu suka
dimakan juga. Pisang juga mengingatkanku akan almarhumah atasanku yang sudah
kuanggap ibuku sendiri. Bagaimana beliau tiada hari tanpa makan pisang dan
terkadang menawariku. Jadi, kenapa aku bisa bener-bener terbawa di novel ini,
karena aku pernah mengalami kehilangan, rasa sakit hati dan permasalahan yang
hampir mirip dengan yang dialami Alfa. Bedanya Alfa mempunyai Banana, aku
mempunyai teman yang bikin aku tetap berpikiran lurus dan nggak belok-belok.
Berbeda bukan berarti nggak lebih
baik. Kadang manusia itu terlalu pemalas, mereka cuma menilai orang lain
sekilas tanpa mau susah payah mengulas lebih dalam. Nggak selamanya yang tampak
buruk di luar, buruk juga di dalam. Kita cuma perlu meluangkan sedikit waktu
untuk memahami. Karena kita nggak bakal pernah tahu, rasa apa yang seseorang
tawarkan untuk kita cecap saat mengenalnya. Entah itu manis, bahagia, atau
mungkin cinta
Aku suka dengan cara penulisnya mengenalkan sosok Alfa
dan orang-orang disekitar dia. Tak hanya sekilas dan tak detail, porsinya pun
pas. Kemudian cara penulisnya mengenalkan sosok Banana, benar-benar bikin aku
tertawa. Lucu banget. Awalnya mikirnya lucu juga yaa cewek namanya Banana, tapi
setelah tahu arti nama Banana sendiri, malah bikin aku kagum.
Tokoh favoritku disini tak lain tak bukan adalah Banana. Bagaimana
dia menjadi sahabat, pendengar yang baik, memberikan masukan dan nasihat tapi
dengan bahasa yang tak menggurui.
Aku juga suka dengan mama Alfa yang mau berbesar hati
menerima dan berdamai dengan masa lalunya. Mau memaafkan mantan suami dan istri
barunya. Terlebih menerima mereka menjadi anggota keluarga. Walaupun sebenarnya
masih sulit menerima alasan dibalik kesalahan yang dilakukan oleh mantan
suaminya.
Ada beberapa luka yang saking
menyakitkannya sampai-sampai untuk diucapkan pun terasa begitu susah, seolah
ribuan duri tajam bakal ikut keluar melewati tenggorokan kalau dipaksakan. Tapi
memendam luka sendirian pun hanya akan menambah beban, bertumpuk dengan
luka-luka baru yang nggak bisa kita cegah datangnya, sampai-sampai rasa sakit
itu bakal makin sulit disembuhkan. Dari sanalah, menulis diperlukan untuk
meluapkan rasa yang nggak sanggup diucap lewat kata
Ikhlas itu bukan
berarti lupa. Ikhlas cuma salah satu cara biar kita bisa lebih lapang
menjalani hidup. Seseorang yang ada di hati, akan tetap terkenang meski dia
udah pergi. Jadiin gue kenangan, bukan halangan. Karena hidup loh harus terus
berjalan dengan atau tanpa gue. Setiap manusia pasti akan meninggal. Orang yang
ditinggalkan harus bisa menerima dengan sabar dan lapang dada. Kematian
bukan akhir dari kasih sayang, lo tetap bisa terhubung dengan gue lewat doa
Novel ini benar-benar komplit banget. Selain cerita
mengenai indahnya kehidupan di SMA, terlepas dari segala macam tugas dan
hukuman, ada juga cerita tentang manisnya persahabatan, kemudian kehangatan
keluarga, keikhlasan hati, rasa saling memaafkan dan mengalah serta berdamai
dengan diri sendiri dan masa lalu. Dijamin deh, saat kamu membaca novel ini,
kamu akan langsung jatuh cinta. Jangan lupa siapin tissue dan camilan yaaa.
Dan aku menunggu novel karya kamu yaa, kali ini aku
pingin baca kisahnya Misha dan Ardi atau Nala atau Giska dan Tio, pleaseeeee...
Menerima apa adanya itu artinya
mensyukuri hal-hal yang emang udah mutlak dan nggak bisa diubah. Bukan membenarkan
segala kekurangan, apalagi keburukan pasangan. Kalau kayak gitu pasangan kita
nggak bakal maju-maju dong
Jadi sudah 2 review novel Banana ini yang saya baca. Dan keduanya memberikan respon positif. Saya masih belum jelas mengenai keluarga Banana sendiri, yang membuat Banana lebih dewasa dalam sikap dan pola pikir. Tambah pengen baca :)
ReplyDeleteRecent post: Artikel Penulis Favorit
Ayo, Adin, baca.. Seru lhoo novelnya :)
DeleteCovernyaaaaaa unyuukkk...! tertarik!
ReplyDeletejadi pingin baca kan, mbak Vindy?
DeleteKirain ada GA nya, padahal lagi pengin banget baca teenlit :D
ReplyDelete