Penerbit : Media Kita
ISBN : 979-794-497-2
Book Review kali ini akan membahas Novel karya mba Laini Laitu yang berjudul Bila. Bila ini nama seorang gadis. Dan penulis kita menamakan keluarga yang dibina Bila bersama suami tercinta dan anak tersayangnya, keluarga Beruang. Kenapa dinamakan keluarga Beruang? Temukan jawabannya di Bila. Oh ya, novel ini diterbitkan oleh Media Kita.
Book Review kali ini akan membahas Novel karya mba Laini Laitu yang berjudul Bila. Bila ini nama seorang gadis. Dan penulis kita menamakan keluarga yang dibina Bila bersama suami tercinta dan anak tersayangnya, keluarga Beruang. Kenapa dinamakan keluarga Beruang? Temukan jawabannya di Bila. Oh ya, novel ini diterbitkan oleh Media Kita.
And the synopsis..
Bila menatap nanar kedua mempelai yang ada di depan penghulu, duduk dengan tegap, dia adalah Fadli, sahabat Bila. Seharusnya Bila berbahagia melihat sahabatnya mengawali hidup baru. Iya, seharusnya begitu. Namun, faktanya saat ini, hati Bila sesak melihat prosesi itu.
Bukankah seharusnya Bila yang ada di sana, di sampingnya? Seharusnya Bila yang menghabiskan masa tua bersamanya. Seharusnya Bila yang menjadi mempelai wanita. Sedikit egois memang, tetapi faktanya Bila lebih mengenal Fadli daripada wanita itu. Bila lebih mengenal Fadli luar dalam dibandingkan dengannya. Bila tahu rutinitas apa saja yang dia lakukan setiap hari. Bila tau apa makanan favorit dan makanan yang dibencinya, bahkan Bila juga tahu berat badannya. Bila tahu segala hal dalam diri Fadli, tetapi mengapa justru wanita yang baru satu bulan mengalihkan perhatian Fadli yang kini menjadi pendampingnya. Kenapa, Tuhan?
Here we go..
Terdengar konyol memang, faktanya aku baru sadar saat kehilangan. Aku baru sadar kalau aku telah menyayangi Fadli lebih dari sahabat (Bila, hal. 9)
Kamu lihat di sana, kalau salah satu lampu mati tidak akan berpengaruh. Keindahannya tidak berkurang dan masih banyak lampu lain yang menyala, memberi pencahayaan. Itu berarti kalau kamu kehilangan Fadli masih banyak orang yang menyayangimu. Tidak perlu kamu terpuruk seperti sekarang. Buat apa menangisi orang, yang bahkan mungkin sekarang sedang bersenang-senang (Bila, hal. 20)
Saat kamu sedang gelisah, menyepilah sebentar (Bila, hal. 23)
Kamu salah, dulu kamu pernah bilang kalau tidak akan ada cinta dalam persahabatan, yang ada hanyalah menua dan berbagi hari bersama. Tidak akan pernah ada yang hilang dari persahabatan (Bila, hal. 26)
Aku bahagia jika melihatmu bahagia (Bila, hal. 28)
Kalau ingin melihatku mati, lebih baik langsung menusukku dengan pisau tajam saja, jangan dengan menyayat badanku pakai pisau berkarat (Bila, hal. 67)
Dan semua orang sedang sibuk mencarimu. Sepertinya hobi membuat kehebohan tidak pernah hilang (Bila, hal. 70)
Perjodohan itu tidak seindah cerita fiksi, Sayang! Mungkin kamu sering mendengar perjodohan yang berjalan lancar, tetapi tidak sedikit juga yang gagal. Jadi, lebih baik kamu memilih sendiri siapa yang akan menjadi calon imammu kelak (Bila, hal. 72)
Dalam hidup ini selalu ada pilihan (Bila, hal. 75)
Pada akhirnya aku memilihmu. Aku tidak punya niat lain kecuali menyelamatkan status kita berdua (Bila, hal. 75)
Aku sudah naik ke atas perahu tanpa dayung, dan saat ini aku hanya bisa mengikuti arus air yang akan membawa perahu ini berlabuh. Aku tudak punya kendali (Bila, hal. 79)
Aku hanya ingin mengajarkan kepada hatiku sebuah penerimaan, menerima kalau dia bukanlah jodohku (Bila, hal. 90)
Ternyata jodohmu itu dekat dan tidak jauh (Bila, hal. 91)
Kalau jodoh tidak akan ke mana, walaupun kalian selama ini dekat, tetapi ternyata akulah jodohnya (Bila, hal. 91)
Jodoh itu seperti kunci dan gemboknya, tidak bisa ditukar (Bila, hal. 92)
Asal kamu tahu, aku tidak pernah menganggapmu seperti itu, tetapi setidaknya itu adalah bentuk pengabdian seorang istri (Bila, hal. 108)
Asal kamu yakin dalam hati, tidak perlu belajar untuk melakukannya. Menutup aurat itu sudah kewajiban, jadi jangan berkata belum siap. Kamu belum siap karena kamu sendiri yang membuatnya tidak siap (Bila, hal. 109)
Orang yang menutup aurat itu bukan berarti tingkah lakunya sudah sempurna, justru dengan kamu menutupnya akan lebih menjaga sikap karena malu dengan penampilan (Bila, hal. 109)
Melupakan seseorang yang sebelumnya selalu ada di samping kita untuk menjalani hidup tidaklah mudah (Bila, hal. 148)
Kadang kita tidak pernah tahu kalau ternyata perhatian kecil itu akan menjadi sangat berarti bagi orang lain (Bila, hal. 162)
Butuh satu dorongan bahkan lebih untuk membuat seseorang berusaha semakin keras, agar bisa mencapai mimpi yan pernah dia ciptakan sebelumnya (Bila, hal. 179)
Melupakan seseorang yang berarti memang tidaklah mudah (Bila, hal. 183)
Momen sederhana itu menjadi sangat berharga saat kita tidak bisa lagi mengulanginya (Bila, hal. 193)
Setiap keputusan ada risiko, dan risiko dari keputusan ini adalah jauh dari keluarga. Menikah memang tidak sesimpel yang pernah kubayangkan dulu (Bila, hal. 195)
Saat kesibukan menghampiri, waktu akan terasa cepat berlalu (Bila, hal. 201)
Masalah itu untuk dihadapi bukan dihindari, karena seberapa keras kamu menghindarinya masalah akan tetap kamu temui (Bila, hal. 204)
Jika ada yang mengganjal di hati jangan dipendam sendiri. Komunikasi adalah hal paling utama (Bila, hal. 205)
Ya, tidak ada masalah yang tidak ada solusinya, dan komunikasi adalah hal yang paling penting dalam menjalani kehidupan saat ini (Bila, hal. 206)
Kehilangan seseorang yang telah kita harapkan, mungkin adalah hal yang paling mengenaskan (Bila, hal. 213)
Ikhlas itu mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dijalankan (Bila, hal. 214)
Aku percaya kalau kebiasaan itu secara perlahan akan mengubah pribadi seseorang (Bila, hal. 219)
Waktu akan terasa cepat berlalu saat hati kita sedang bahagia (Bila, hal. 226)
Menyakitkan adalah saat kebenaran yang kita ungkapkan diragukan kebenarannya (Bila, hal. 237)
Benar saja kalau katanya diam itu emas, seperti dia yang diam-diam mulai mencintaiku (Bila, hal. 249)
Ternyata dicintai itu lebih menenangkan daripada mencintai, terutama mencintai diam-diam (Bila, hal. 251)
Terkadang perhatian sebesar apa pun akan terasa salah jika yang bersangkutan merasa tidak nyaman (Bila, hal. 265)
Saat aku merasa kehilangan ketika dia tidak ada (Bila, hal. 268)
Terkadang tidak cukup memberi jawaban hanya dengan sikap dan perbuatan, karena tidak semua orang peka serta mampu membaca isi hati dari sikap yang kita tunjukkan (Bila, hal. 277)
Katakanlah apa yang kamu rasa agar orang lain tahu apa yang kamu rasakan (Bila, hal. 277)
Namun, seburuk apa pun masalah kami dahulu, silaturahmi adalah yang paling utama (Bila, hal. 281)
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga #ReviewBila. Kisah yang benar-benar bikin aku nggak mau berhenti baca walaupun sudah dibaca berulang kali. Kisah yang tidak hanya mengajarkan kita akan hubungan antar sahabat tapi juga antar pasangan kita dan keluarga kita. Terselip pelajaran tentang bagaimana hidup berumah tangga.
Bakalan nyesel lho kalau nggak punya novel ini dari sekarang. Dijamin bakalan nagih pingin baca dan baca lagi...
waaa jadi mupeng pengen baca novel Bila.
ReplyDeleteAyuk, baca, mba.. Keren lho.. Bikin nagih bacanya.. Bahasa yang dipakai juga gampang dimengerti kok.. Monggo silahkan langsung ke FBnya mba Laini Laitu.. Kalau ngga, capcuz cari di toko buku online atau toko buku terdekat..
DeleteTerimikisiiii sudah mampir, mba :))
Halooo Asri..
ReplyDeletemakasih ya reviewnya-- makasih juga udah beli-baca dan suka Bila :)
btw boleh aku koreksi dikit? bagian ini
Kalau kita merasa kehilangan saat partner kita nggak ada, artinya kita memang membutuhkan dia. Tapi, kalau saat dia nggak ada kita ngerasa hidup kita berjalan seperti biasanya, artinya dia nggak sepenting itu (Bila, hal. 156)
Minta tolong dihilangkan saja, karena itu quote dari buku yang dibaca Bila, tepatnya buku "Relationshit"
sankyuuuuu #kecup
Haloooo, mba Laini.. Hwaaa.. Blogku dikunjungi penulis buku.. Boleh jingkrak2 ga? Ehh, hp mana hp, foto dulu boleh kali yaa.. *gubrak*
DeleteSama2, mba.. Aku udah suka sejak ditulis di si orange sih, mba.. Cuman partnya Daffa kenapa jadi dikit banget yaaa? Perasaan kemarin itu, banyak banget mpe 5 part apa yaa.. Hihi..
Siap, mba.. Nanti aku hilangin bagian itu.. Btw, aku suka sebenarnya ma kata-kata itu.. Hehe.. *topeng mana topeng*
Btw, nanti kalo pulang ke Jogja, bolehlah kalau ada kesempatan, kita berjumpa, mba.. Hehe..
Eyaaaaa...
ReplyDeletePart Daffa?? Hueeee jangankan part Daffa--part Bila pun mesti ada yang dipangkas :( ...
Buat Daffa insyaAllah mungkin ntar di SP buat koleksi pribadi..hihiyyy....
Siappppp!! Tunggu aja status di fb ntar pulang ke kotamu ya :)
Iya.. Part Bila banyak yang beda dari yang aku baca di si orange.. Tapi, itu ngga membuat makna yang terkandung dalam cerita Bila jadi berubah kok.. *bahasaku ampun dah*
DeleteDaffa oh daffa.. kenapa kamu jadinya sama Bila sih? Kenapa ngga sama aku ajah sih? *gagal move on*
Asikkkk...ketemu ma penulis tu mesti siapin kamera, kertas, bolpoin.. :D