Penulis : Rainy Amanda
Penerbit : AB
Genre : Romance, Teenlit
Genre : Romance, Teenlit
And the synopsis..
Amora :
Kalian percaya cinta? Aku tidak. Menurutku, cinta hanyalah khayalan para penyair renaissance yang kurang kerjaan. Jantung mereka berdebar, dan mereka artikan itu sebagai cinta. Bibir mereka bergetar dan mereka artikan itu sebagai cinta. Mereka susah tidur, susah makan, dan mereka artikan itu sebagai cinta. Bahkan ada yang kelewat posesif dan main tangan mengartikan tindakan mereka sebagai cinta. Padahal itu semua hanyalah reaksi kimia dari otak yang mempengaruhi kerja organ-organ tubuh kita. Bedah sedikit, suntik sedikit, hilanglah kupu-kupu dalam perut yang mereka elu-elukan itu. Apa istimewanya?
Tapi kenapa semua orang masih saja memuja cinta?
Here we go..
Yang orang bilang 'jatuh cinta' itu cuma reaksi kimia dari otak yang mempengaruhi kerja organ-organ tubuh kita (AMC, hal. 1)
Gula darah menurun, otak tidak mendapatkan asupan glukosa yang cukup untuk berpikir optimal, berujung pada kondisi emosi yang mudah tersulut dan kontrol saraf motorik yang buruk (AMC, hal. 14)
Cinta itu tidak ada. 'Cinta' adalah reaksi kimia akibat hormon dari otak yang mempengaruhi kerja organ tubuh kita. 'Cinta' yang kita kenal merupakan hasil romantisasi penyair-penyair melankolis (AMC, hal. 35)
Interaksi yang sering dilakukan oleh Shinji dan Amora lama kelamaan membuat hubungan mereka menjadi dekat dan semakin dekat. Shinji memang memberikan sinyal perhatian dan sinyal jika dia menyukai Amora, tapi Amora lebih banyak menanggapinya dengan ketus. Walaupun dia sudah dapat menerima kehadiran Shinji dalam hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, hubungan kedekatan antara Amora dan Shinji membuat Erin, sahabat Amora, menjauh. Amora tentu saja merasa bersalah, dan menegaskan jika hubungan mereka hanyalah pertemanan. Benarkah demikian? Walau begitu, Shinji masih tetap kekeuh menyanggah dan tak ingin membohongi hatinya. Belum lagi kehadiran Daniel yang menjadi salah satu asisten pembimbing HIMBI, seseorang dari masa lalu Amora dan telah membuat luka di hati Amora hingga saat ini.
Ada teori yang bilang, cinta pada pandangan pertama itu sebenarnya hanya ketertarikan karena nafsu (AMC, hal. 59)
Penulis menuliskannya dengan indah, mengalir apa adanya tanpa ada keterpaksaan pengkarakteran dari tokoh utamanya. Kejadian lucu yang dikaitkan dengan ilmu Biologi pun membuat Peek A Book, tertawa karena memang apa adanya, tak dibuat-buat. Apalagi saat penulis menceritakan mengenai proses jatuh cinta dari kedua tokoh utamanya. Pelan-pelan, berkesan, tak dipaksakan, seperti ketika kita mengalami proses jatuh cinta di dalam kehidupan kita.
Tokoh favorit Peek A Book di sini tentu saja Amora. Entah mengapa, karakter ini begitu lepas, seperti tak ada beban. Seolah-olah Peek A Book membayangkan jika Amora ini adalah penulis itu sendiri. Amora yang ketus, pintar, smart, setia kawan, membuat Peek A Book jatuh cinta. Limited Edition beneran Amora ini.
Suka banget dengan penjabaran masing-masing tokohnya. Detail. Terutama saat menyelami cerita ini, dalem banget, perasaan ikut terbawa. Akhir kisah yang manis untuk persahabatannya dengan Erin. Memang sih di dalam persahabatan itu tak mungkin kan flat terus, pasti ada naik turunnya juga. Suka.
Walaupun diterbitkan secara self published, tapi saya berharap, memiliki kesempatan di lain waktu untuk membaca cerita dari Rainy Amanda, penulis Amora Menolak Cinta. Sayang sekali, bakat yang bagus yang dimiliki oleh penulis tak dikembangkan dan karyanya tak masuk ke major. Semoga di lain waktu ada kesempatan untukmu, dear.
Sedikit menganggu dengan kemasannya saja, tapi overall oke banget ini cerita. Keren. Recomended. Tetap menunggu karya selanjutnya ya, dear.
Cari definisi cinta yang buat kita nyaman aja (AMC, hal. 234)
Tapi biar kamu tenang.. gimana kalau kamu anggap hubungan kita ini semacam antigen? Ha? Kayak vaksin. Efek sampingnya bisa jadi gak menyenangkan. Sakit hati, nangis, kecewa. Tapi kalau penanganannya benar dan kamu gak nyerah, bisa buat antibody kamu lebih kuat lagi (AMC, hal. 235)
Very recomended buat kalian pecinta genre romantic, humor dan sains serta ilmu biologi.
Setelah baca beberapa review tentang Amora, memang rata-rata pada bilang kalau buku ini isinya lucu. Hmmm, sepertinya si penulis benar-benar memiliki rasa humor yang bagus sehingga dapat ia tuangkan melalui novelnya dan mempengaruhi pembaca sampai ikut-ikutan terbawa suasana humornya. Terlebih ia bisa menggabungkan humornya itu dengan dunia sains dan logika seperti itu. Angkat jempol dulu ah. :D
ReplyDeleteSebenarnya aku udah punya bukunya, tapi belum sempat aku baca. Huhuhu~ *nangis di pojokan, pusing bagi waktu antara job dan babat timbunan*
Makin percaya bahwa memang worth to read deh buku ini. Meski self publish, tampaknya nggak kalah pamor dengan tebitan penerbit major, ya.
Mungkin novel ini lebih cocok untuk aku baca pas aku lagi bete, biar bisa ketawa-ketawa dan hilang betenya. Hehehehe.