Baca
juga yaa.. (Full of Love with 4 Penulis Kece)
Holaaa...
Setelah
kemarin kita ada Bincang Santai Special, Full of Love with 4 Penulis Kece, nah sekarang
saatnya kita Remember A Moment with Vira Safitri.
Udah
kenal kan yaa sama mbak Vira? Udah tau kan buku karya mbak Vira? Yang belum
kenalan, kenalan dulu yuk sama mbak Vira . Buat yang udah kenal, akan lebih
mengenal dan jatuh cinta dengan karya-karyanya.. Ho.. ho.. ho..
Halo, Asri. Kabarku baik,semoga kamu baik-baik juga
ya di sana. Saat ini aku lagi sibuk menyelesaikan naskah
novel selanjutnya, plus naskah skenario. Selain menulis fiksi, aku sedang
mencoba peruntunganku sebagi dosen, setelah sebelumnya bekerja sebagai Public Relations di sebuah rumah sakit.
Ehm, mbak Vira, maaf yaa, ganggu waktunya sebentar. Boleh
nanya-nanya kan, mbak? Ehm, mbak Vira, kalau boleh tau nih, hobi menulis
itu sejak kapan sih, mbak? Ceritain dong, mbak, awal mula naskahnya
diterbitin sama penerbit mayor di Indonesia, mbak? *semoga nantinya di dunia juga ya, mbak* Penasaran banget hehe..
Sebetulnya sebelum berjodoh dengan GPU, aku pun pernah
menerbitkan sejumlah novel di penerbit lain ya. Dan ya, kisahku bisa bergabung
dengan GPU itu agak unik memang. Tapi sebelumnya, aku ajak flashback dulu. Jadi aku memang hobi nulis sejak duduk di bangku
SMP. Saat itu, terpikir untuk menjadi penulis pun tidak. Aku menulis karena
senang membaca saja kala itu. Tetapi ketika panggilan untuk tetap menulis itu
datang, barulah aku mulai menulis lebih intensif. Di tengah jalan, aku
menemukan bahwa menulis itu tidak hanya membuatku bahagia tanpa sebab, tetapi
sekaligus menjadi terapi bagiku. Di mana ketika menulis, somehow, aku merasa beban pikiranku terasa berkurang.
Terkait berkesempatan menjadi bagian dari penerbit
GPU, itu hal yang prestisius memang. Terlebih sejak kecil aku tumbuh dengan
buku-buku terbitan mereka. Jadi sekitar Desember tahun 2012, aku mengirim
naskah Somewhere in Paris (SIP) ke GPU. Setelahnya aku mendapat surat konfirmasi
yang intinya perlu enam bulan untuk penerbit me-review naskah, mengingat banyaknya
naskah yang masuk setiap harinya.
Sambil menunggu konfirmasi kepastian terbit, aku
pun berusaha produktif dengan menulis naskah yang lain yakni, New York After
the Rain (NYATR). Begitu NYATR tuntas, aku pun kembali mengirim naskahnya ke
GPU, sekitar awal tahun 2013.
Lalu pada bulan Juli tahun 2013, editor GPU
menghubungiku dan berkata naskahku yang SIP lolos. Dan lucunya, beberapa minggu
kemudian aku pun mendapat surat dari GPU yang mengatakan NYATR pun lolos,
padahal editorku sebelumnya tidak tahu aku mengirim dua naskah ke GPU. Hha!
Sejak itu aku dan editor lebih banyak membahas
hal-hal terkait naskah, sejak proses editing, revisi, desain cover, dan lain
sebagainya.
Kalau boleh tau nih, mbak, ada alasan khusus nggak,
mbak, mbak Vira memilih judul dari setiap novel mbak Vira dalam 2
bahasa, Inggris dan Indonesia. Boleh tau alasannya, mbak? Kemudian bisa
diceritain nggak, mbak, kenapa mbak Vira, memilih genre romance dalam
setiap karya mbak? Tertarik untuk mengambil genre lain, mbak, mungkin?
Tidak
ada alasan khusus menggunakan judul novel dalam bahasa asing. Aku memilih judul
yang kurasa mudah diingat, entah itu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, tidak
menutup kemungkinan aku menggunakan bahasa asing lainnya, selama judul itu terasa
pas bagiku.
Kenapa
aku memilih genre romance, sebetulnya aku tidak pernah memilih.Tugasku hanya
menulis dan memberikan yang terbaik sebisaku untuk para pembaca, terkait genre
itu murni berdasarkan penilaian editor. Karena editor lebih tahu lini yang
sesuai untuk tulisan setiap penulisnya.
Aku
sebetulnya kurang sreg saat digolongkan sebagai penulis satu genre saja, atau
pun tulisanku dikotakkan hanya pada satu lini. Karena pada dasarnya aku senang
menulis. Genre apa pun itu. Kalau pun saat ini aku lebih diketahui sebagai
penulis romance, mungkin saat ini iya, aku tidak akan menampik. Mungkin
keberuntunganku ini baru dalam genre romance saja.
Terkait
genre tulisan, kalau boleh jujur, passion-ku
yang terdalamsesungguhnya ada pada tulisan horor supranatural. Terkadang
fantasi juga, atau bahkan action.Jadi
jangankan untuk menulis novel genre lain, aku menulis naskah skenario juga.Sejauh
ini aku sudah menyelesaikan tiga naskah skenario film horor yang sedang
kuterjemahkan dalam bahasa Inggris.
Sebetulnya
setiap genre memiliki tantangan serta tingkat kesulitannya masing-masing, jadi
aku berusaha mengeksplorasi tiap genre untuk menghindari kejenuhanku pada genre
yang itu-itu saja ya, Asri. Karena kalau terlalu lama mengendap pada satu
genre, aku khawatir itu tidak lagi menjadi sesuatu yang fun untukku pribadi.
Adakah cerita di balik penulisan semua karya mbak Vira
tersebut? Ada tantangan/kesulitan tersendiri nggak, mbak? Kalau ada, di
cerita apa, bab berapa, mbak?
Sejujurnya,
setiap naskah itu memiliki nasib yang berbeda-beda. Ada yang dipermudah, ada
juga yang harus melewati serangkaian proses revisi. Mungkin SIP salah satu yang
tersulit ya, karena naskah itu kutulis di tahun 2007. Jadi ketika aku harus
merevisinya, aku menemukan sejumlah kendala, yang utama adalah hilangnya chemistry antara aku dan para tokoh SIP.
Itu benar-benar menguras energiku, Asri. Mungkin karena sudah lama juga ya
kutulisnya.
Lalu,
di naskah Remember Amsterdam (RA). Awalnya, tokoh utama laki-laki di cerita itu
kubuat meninggal. Saat itu aku lupa kalau lini Amore itu tidak boleh ada air
mata di ujung kisah, atau intinya harus happy
ending—ini kata editorku.Jadi ya, mau tidak mau cerita itu kurombak habis
hingga bisa seperti sekarang.Memang, setiap naskah memiliki pahit-manisnya
tersendiri.
Membicarakan
kesulitan dalam dunia kepenulisan, ada hal yang tetap kuingat selama ini dan
masih kerap melandaku di saat menyelesaikan naskah: “Bagian tersulit dalam
menulis adalah menyelesaikan tulisanmu sendiri, dan bagian tersulit sebagai
penulis adalah menjadi pembaca untuk tulisanmu sendiri.”
Menulis
itu tidak semudah anggapan orang, Asri. Belum lagi membuat ending yang harus “memuaskan” pembaca. Despite your ability to write, you just can’t please everyone. Kan
susah tuh. Apalagi selera pembaca tentu berbeda-beda. Ada yang senang dengan
konflik sederhana, ada juga yang lebih senang dengan konflik yang rumit. Jadi
ya sudahlah, aku hanya menulissesuai porsiku, berusaha menyajikan yang terbaik,
dan terkait bagus-tidaknya, biarlah Goodreads yang menentukan. *ampun curcol*
Mbak Vira, apakah setiap kali mbak Vira menulis cerita
selalu disertai dengan riset? Biasanya waktu yang dibutuhkan itu berapa lama, mbak?
Riset
itu mutlak. Waktu untuk riset tergantung ya, Asri. Dan biasanya jenis riset itu
kan sesuai dengan signifikannya. Ada riset untuk pendalaman karakter para
tokoh, ada riset untuk memperkaya konflik, ada riset untuk detail lokasi dalam
cerita, hingga riset untuk menentukan desain cover nantinya.
Biasanya
aku menulis sambil tetap riset juga, Asri. Karena riset itu adalah kewajiban
penulis—yang dituntut harus bisa menjadi siapa pun, di mana pun, kapan pun, dan
dengan cara apa pun. Sama halnya seperti membuat karya ilmiah. Untuk
menghasilkan karya ilmiah yang baik tentu perlu riset yang mendalam ya. Kurang
lebih menulis novel pun demikian.
Ada rencana nggak, mbak Vira, setelah Remember Amsterdam,
akan ada karya terbaru mbak Vira yang akan terbit dalam waktu dekat ini?
Atau ada rencana lain di dalam karir kepenulisan mbak Vira?
Saat
ini aku sedang menyelesaikan naskah baru setelah RA. Doakan saja semoga diberi
kelancaran hingga proses penerbitannya ya, Asri. Kalau untuk karir kepenulisan,
aku masih betahmenjadi penulis fiksi. Entah di penerbitan sebagai novelis,
entah di bidang perfilman sebagai screenwriter.Karena
kebahagiaanku memang di bidang penulisan, jadi aku akan terus mengeksplorasi
potensi yang kumiliki di sana.
Mungkin, buat yang belum tau mengenai karya mbakVira, bisa diceritain
sedikit mbak, mengenai karya-karya mbak secara singkat?
Kalau
diceritakan sepertinya nanti kurang surprise
ya, Asri? Mungkin baiknya aku memberitahu sejumlah karyaku yang telah terbit
dan profesi para tokohnya. Yang pertama berjudul Somewhere in Paris, di sini
tokohnya seorang guru dan dokter spesialis bedah saraf. Kedua, berjudul New
York After the Rain, di sini tokohnya adalah penulis dan sutradara. Sementara
yang ketiga, Remember Amsterdam, tokohnya seorang pelukis kontemporer dan
musisi. Pada dasaranya ketiga novel ini bergenre romance dengan konflik yang variatif.
Ketiga novel ini bukan trilogi, tetapi biasanya salah satu tokoh di novel
sebelumnya muncul di novel selanjutnya. Entah sebagai tokoh utama, bisa juga
hanya sebagai figuran.
Menurut mbak Vira sendiri, blogger buku itu penting nggak sih, mbak, dalam karir kepenulisan mbakVira saat ini?
Blogger
buku itu penting bagi karir kepenulisan seorang penulis. Pertama, blogger buku
bisa diandalkan penulis terkaitreadership
research, tentu kita sering mendengar ada blogger buku yang sudah membaca
sebuah naskah seorang penulis jauh sebelum naskah itu diterbitkan. Biasanya,
itu karena si penulis merasa perlu mendengarkanfeedback si blogger buku yang dalam hal ini menjadi first reader-nya tentang baik-buruk
naskah yang ditulisnya, apakah ada yang kurang, apakah ada yang perlu ditambahkan,
dan lain sebagainya, sebelum nashkah itu dibukukan.
Kedua,
blogger buku bisa menjadi media
partnership yang sangat strategis dalam hubungannya dengan penulis.
Misalnya dari segipemasaran, blogger buku bisa meningkatkan penjualan produk
(buku) si penulis, terlebih ketika blogger buku membantu promosi novel si
penulis, bukankah hal ini bertujuan untuk merangsang pembaca agar tertarik
untuk membeli buku si penulis itu sendiri?
Dan masihterkait promosi, blogger buku juga
berperan penting “mengenalkan” si penulis pada pembaca, entah dalam bentuk
interview atau review bukunya. Ini pun bertujuan agar penulis dapat
mempertahankan eksistensinya di mata pembaca, para blogger buku, serta orang
yang sama sekali tidak tahu apa pun tentang penulis.
Selain itu, blogger buku itu bisa dikatakan mitra
kerja penulis, bahkan orang kepercayaan penulis.Kritik dan saran yang umumnya
blogger buku lampirkan di setiap ulasan tentang buku si penulis cenderung
membantu penulis itu sendiri lho. Coba bayangkan, tanpa adanya kritik hanya
akan membuat penulis mana pun mengalami stagnasi di karir kepenulisannya.
Yang terakhir ya, mbak Vira. Ada pesan nggak untuk para pembaca setia novel mbak Vira? Dan juga untuk para blogger buku, mbak?
Pesan untuk pembacaku, terima kasih karena telah
meluangkan waktu untuk membaca dan mereview bukuku ya.Dan jangan pernah jenuh
menikmati karya-karyaku juga. Karena sesungguhnya setiap feedback dari pembaca membuka pikiranku untuk terus berkarya dan
memberikan yang terbaik. Semoga tulisanku pun dapat menjangkau hati sekaligus
menginspirasi para pembaca. Karena apalah arti sebuah karya jika tidak mampu
menginspirasi orang lain.
Untuk para blogger buku, tetaplah mendampingi kami
para penulis. Tetaplah menulis dengan jujur, karena feedback kalian bisa menentukan keberhasilan penulis juga di
kemudian hari. Selain itu dengan terus menulis, kalian akan menemukan karakter
penulisan kalian sendiri lho. Maka tidak salah, banyak pula blogger buku yang
pada akhirnya menjadi penulis buku.
Terakhir, sekali lagi kuucapkan terima kasih yang
terdalam untuk pembaca dan para blogger buku. Biar bagaimana pun tanpa kalian
dan pembaca lainnya, kami penulis—hanya pemimpi sertaamatir yang terus menulis
tanpa ada yang memperhatikan dan mengabadikan.
***
Gimana bincang santai Peek A Book
bareng mbak Vira? Asyik
kan? Seru banget kan? Jadi, tambah bikin nggak sabar menanti karya
selanjutnya,
lagi dan lagi. Kira-kira apakah karya selanjutnya sesuai dengan apa yang
mbak Vira cita-citakan? Hmm.. Kita tunggu saja tanggal mainnya.
Makasih banyak, mbak Vira, sudah bersedia meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang santai sama Peek
A Book. Semoga dengan ini bisa menjadikan kita makin akrab yaa, mbak *akrab, catet*. Hi.. hi.. hi..
Untuk karya dari Vira Safitri yang sudah
terbit adalah :
Asyikkk,
kelar sudah bincang santai Peek A Book bersama dengan Vira.
Diantara karya-karya Vira di atas, manakah yang sudah kalian baca? Don't go
anywhere, tetap stay tune yaaa di blog Peek A Book.
***
Bincang santai ini
menjadi pilihan dari Peek A Book untuk ikut meramaikan postingan di blog
ini. Semoga dengan adanya postingan ini, semakin menambah pertemanan di
antara para blogger dan penulis yaaa..
***
No comments:
Post a Comment
Feel free to leave comments ya :)
Any comments about anything, except SPAM is welcome.
Thank you for visiting, sobat! :)